KRISIS IKLIM: Kenaikan Muka Air Laut.
Gambar. 1. Tambaklorok - Semarang.
Pada tahun 2000 menurut data dari
Directorate of Technical Education, 2017 Indonesia menjadi penyumbang emisi
terbesar ke tiga setelah Amerika dan Cina. Emisi tersebut jelas memicu
pemanasan global yang berdampak terhadap krisis iklim dengan intensitas tinggi.
Tahun 1997-1998 Indonesia mengalami kekeringan ekstream akibat Elnino dan pada tahun 1998 curah hujan
naik di atas batas normal akibat dari Elnina.
Ketidak stabilan iklim tersebut memicu terjadinya kenaikan muka air laut setinggi
20cm – 30cm yang terjadi secara tiba-tiba maupun secara perlahan yang berakibat
pada terendamnya wilayah pesisir pantai. Efek dari kenaikan muka air laut
begitu dirasakan di pesisir Pantai Utara dimana banyak infrastruktur vital,
pemukiman, peternakan, dan industrial di kawasan pesisir tersebut.
Gambar 1 diambil di Tambaklorok kota Semarang pesisir pantai utara. Terlihat rumah warga tenggelam oleh genangan air laut.
“Daratan ini mulai terendam sekitar
tahun 1980, dulu waktu saya kecil antara rumah paling ujung dengan tempat kita
berdiri di sini masih daratan yang utuh. Kemudian warga dipindahkan ke rumah
susun. Namun beberapa warga yang mata pencahariannya sebagai nelayan menolak
untuk dipindahkan mereka membangun rumah kecil warna putih-putih dipesisir
pantai”, Kata Pak Mul (Warga
Tambaklorok).
Pak Mul juga menunjukan kepada kami perihal makam yang sudah tenggelam oleh air. Menurut beliau makan tersebut ramai dikunjungi menggunakan perahu ketika menjelang lebaran.
Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan berbagai dampak antara lain:
(a) peningkatan frekuensi dan intensitas banjir,
(b) perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove,
(c) perluasan intrusi air laut,
(d) peningkatan ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan
(e) berkurang luas daratan atau
hilangnya pulau-pulau kecil (Diposaptono, 2002).
Proses kenaikan air laut akibat krisis iklim adalah mencairnya es di kutup utara yang
berakibat pada bertambahnya air laut ditambah dengan air tanah yang terus
digunakan sehingga tanah semakin turun atau ambles sehingga daratan lebih
rendah dengan laut mengingat laut jawa mengalami kenaikan sebesar 6-8Mili
pertahunnya.
Beralih ke
Banjir ROB Pesisir Pantai Utara khususnya kota Semarang tanggal 22 dan puncaknya
ditanggal 23 Mei 2022 jam 12.00 – 15.00.
Mustafa Kepala
Bidang PJSA BBWS PEMALI Juana Jateng menjelaskan bahwa, menurut BMKG Faktor
penyebab banjir ROB dipengaruhi oleh jarak bumi dan bulan pada posisi sangat
dekat, gravitasi bulan lebih besar daripada gravitasi bumi mengakibatkan
besarnya kenaikan air laut khususnya Kota Semarang yang 6,5 km persegi tergenang
dengan ketinggian air ROB 30 – 150cm. Titik yang jebol berada di keluruhan Bandarharjo
kecamatan Semarang Utara dengan ketinggian 15-20M, Kawasan Petikemas jebol 20M,
dan kawasan Pelindo sekitar 8M.
Langkah-langkah
yang dilakukan bersama diantaranya:
1.
Menanggulangi titik-titik yang jebol sejak tanggal 23 Mei 2022.
2. Pompa
pengeringan air.
3. Penanganan semi permanent dengan geobox
Heri Andreas
Peneliti di Laboratorium Geodesi ITB juga berpendapat bahwa faktor utama
penyebab banjir ROB terlepas dari krisis iklim adalah karena eksploitasi air
tanah besar-besaran di daerah Pekalongan – Semarang - Demak sehingga berakibat
pada penurunan tanah dengan intensitas 20cm setiap tahunnya. Efek penurunan
tanah secara masif tersebut tentu berakibat pada kerapuhan tanggul sehingga
mudah roboh. Langkah yang bisa diambil adalah dengan cara konservasi air tanah.
Komentar
Posting Komentar