Analisis Praktik Senioritas dalam suatu Kepemimpinan di Lingkungan Kampus
Analisis Praktik Senioritas dalam suatu
Kepemimpinan di Lingkungan Kampus
Oleh: Ayu Wanovika
ABSTRAK
Analisis ini merupakan suatu informasi yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada
pembaca mengenai bagaimana bentuk-bentuk dari praktik senioritas dalam kepemimpinan yang ada
di lingkungan kampus, faktor penyebab terjadinya praktik senioritas yang dilakukan dalam
kepemimpinan yang ada di lingkungan kampus, dan bagaimana cara membangun kepemimpinan
yang baru tanpa mewarisi budaya senioritas di lingkungan kampus.
1. Pendahuluan
Praktik senioritas tidak lepas di dalam berbagai kehidupan terlebih di kalangan mahasiswa
ketika menggelar LDK, Ospek mahasiswa baru atau organisasi-organisasi lain di dalam kampus.
Praktik ini seolah telah menjadi budaya turun temurun pada setiap kepemimpinan karena
mahasiswa senior merupakan aktor utama di dalam kampus karena telah lama dan
berpengalaman di dalam organisasi atau telah lama dalam memimpin organisasi di dalam
kampus sehingga senior memiliki peran penting di mana program-program kerja dari senior
dijadikan sebagai acuan oleh para junior. Tidak heran jika praktik senioritas ini terus
berkelanjutan.
Senioritas menurut Siswoyo (2010) keadaan lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman
serta usia, yaitu prioritas status atau tingkatan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja
atau bersekolah. Pemberian keistimewaan kepada yang lebih tua dikarenakan karakter orang
yang lebih tua biasanya lebih bijak berpengalaman dan berwawasan luas. Praktik senioritas di
sini mengarah kepada tindakan hegonomik di mana junior menjadi bahan amukan senior, junior
kerap kali dibentak-bentak dan kekerasan simbolik lainnya.
Kekerasan simbolik menurut Bourdieu adalah mekanisme komunikasi yang ditandai
dengan relasi kekuasaan yang timpang dan hegemonik di mana pihak yang satu memandang diri
lebih superior entah dari segi moral, etnis, agama ataupun jenis kelamin dan usia. Dilakukan
untuk mendapatkan imbalan berupa kepercayaan, kewajiban, kesetiaan, ketaatan dan keramah
tamahan.2
2. Rumusan Masalah.
a. Bagaimana bentuk-bentuk praktik Senioritas dalam suatu kepemimpinan di lingkungan
kampus?
b. Apa faktor penyebab terjadinya praktik senioritas yang dilakukan dalam suatu
kepemimpinan yang ada di lingkungan kampus?
c. Bagaimana cara memulai kepemimpinan baru tanpa budaya senioritas di lingkungan
kampus?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk praktik Senioritas dalam
kepemimpinan di lingkungan kampus.
b. Untuk mengantisipasi penyebab terjadinya praktik senioritas yang dilakukan dalam
kepemimpinan yang ada di lingkungan kampus
c. Untuk menjadikan suatu kepemimpinan dalam organisasi bersih tanpa adanya praktik
senioritas yang sewena-wenang.
4. Pembahasan.
A. Bentuk-bentuk Praktik Senioritas dalam suatu kepemimpinan di lingkungan kampus
Pada dasarnya Senioritas bukanlah suatu yang bersifat negatif. Senioritas sendiri memilih
manfaat yang positif, salah satunya terbantunya junior dalam melakukan tugas-tugas
organisasi oleh senior. Namun di pembahasan kali ini, penulis hanya membahas sisi negatif
dari praktik senioritas yang berujung kepada kekerasan simbolik. Bentuk-bentuk Praktik
senioritas diantaranya:
1. Kekerasan non fisik
Yaitu kekerasan yang tidak nampak secara kasat mata dibagi menjadi kekerasan verbal
dan kekerasan psikis. Contohnya: Seorang senior yang mencaci maki, dibentak, dan
dipermalukan di depan umum. Hal ini secara langsung akan berpengaruh terhadap psikis
korban. Alih-alih membentuk suatu kepemimpinan yang harmoni justru tindakan ini
menjadikan junior tertekan dan merasa kurang mampu atau tidak pantas untuk
bergabung dalam organisasi. Kekerasan non fisik ini yang paling sering dijumpai.
2. Kekerasan fisik.
Kekerasan fisik biasanya dimulai dari kekerasan non fisik terlebih dahulu. Terkadang
senior merasa jengkel terhadap junior yang susah untuk diatur sehingga senior
melakukan kekerasan fisik seperti: Menampar, memukul, menghukum dengan hukuman
yang tidak manusiawi atau tidak masuk akal, dan lain sebagainya.
3. Hegemoni dominasi.
Hegonomi dominasi dapat diwujudkan melalui tindakan senior dalam membuat-aturan
yang dilakukan secara sepihak. Misalnya jika membuat agenda rapat jamnya merujuk
kepada waktu yang diinginkan oleh senior, jika junior terlambat junior akan dimarahi
tapi jika senior yang terlambat, maka senior mengatur ulang jam rapat sesuai yang senior
bisa. Hal ini karena senior merasa telah lama dalam memimpin suatu organisasi.
B. Faktor penyebab terjadinya praktik senioritas yang dilakukan dalam suatu kepemimpinan
yang ada di lingkungan kampus.
1. Senior merasa memiliki hak untuk mengontrol junior dengan berdalil melatih mental dan
kedisiplinan. Mahasiswa senior yang sudah lama berada di kampus dianggap memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dan memiliki kekuasaan yang lebih dibandingkan
mahasiswa junior
2. Senior merasa berpengalaman dan merasa perlu untuk dihormati serta merasa paling
benar sehingga senior menjadi panutan oleh para junior. Maka karena senior dianggap
sebagai panutan wajar jika junior meniru program-program dan bisa juga meniru
perilaku senior baik perilaku baik mau pun tidak pantas yang dianggap sebagai warisan.
3. Senior merasa perlu untuk membalas perlakukan kepemimpinan yang dulu ia terima dari
periode terdahulu sehingga dengan berdalil program warisan praktik senioritas ini
terjadi.
C. Cara memulai kepemimpinan baru tanpa budaya senioritas di lingkungan kampus.
Untuk membentuk suatu kepemimpinan yang adil, bersih, dan demokrasi diperlukan peran
aktif dari junior serta senior.
1. Antara senior dan junior harus diperlakukan secara adil guna menciptakan kehamonisan
dalam suatu organisasi.
2. Membudayakan toleransi disetiap perbedaan agar tidak ada ketimpangan hirarki.
3. Senior tidak selalu melakukan kesalahan maka jika senior melakukan kesalahan junior
perlu untuk mengingatkan. Hal tersebut sebagai langkah untuk sama-sama aktif
berproses di dalam sebuah organisasi. 4
4. Mengupayakan komunikasi yang baik, baik dari junior mau pun senior untuk
menghindari kekerasan psikis di dalam suatu organisasi kampus.
5. Menumbuhkan kepemimpinan intelektual dan moral sehingga memiliki indeks
pencapaian yang baik di mata junior mau pun masyarakat di lingkungan kampus.
5. Kesimpulan.
Senioritas bukanlah suatu hal yang bersifat negatif saja. Senioritas juga memiliki sifat
positif. Bentuk-bentuk negatif praktik senioritas dalam suatu kepemimpinan di lingkungan
kampus yaitu kekerasan non fisik, kekerasan fisik, dan Hegemoni dominasi. Faktor penyebab
terjadinya senioritas yang dilakukan dalam kepemimpinan di lingkungan kampus meliputi:
Senior memiliki hak untuk mengontrol junior, senior merasa lebih berpengalaman, dan merasa
memiliki status yang lebih tinggi, serta senior menjadikan tindakannya sebagai ajang balas
dendam akan perlakuan kepemimpinan terdahulu.
6. Saran.
Sebagai mahasiswa, maha dari para siswa sudah sepatutnya menjadi contoh yang baik untuk
para siswa. Sudahi praktik senioritas yang menuju kepada kekerasan secara simbolik, psikis,
maupun secara fisik. Jadikan kampus sebagai tempat yang aman untuk saling berproses. Mari
kita mengkampanyekan budaya persatuan yang ada di Indonesia dukung penghapusan bullying
yang ada di dalam kampus. Pilah-pilah warisan yang baik dan yang tidak pantas dari
kepemimpinan yang lama. Jika salah satu dari kita merasa pernah diperlakukan tidak baik oleh
senior kita. Sudahi, stop di kita, dan jadikan sebagai suatu pembelajaran.
Dafar Pustaka
Ramadhani, Fidya, and Muhammad Syukur. "PRAKTEK HEGEMONI SENIOR DI
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR." Jurnal Sosialisasi: Jurnal
Hasil Pemikiran, Penelitian dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan (2019): 13-18.
Senioritas dan perilaku kekerasan dikalangan siswa (studi kasus smp pgri 1 ciputat tangsel)
skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial (s. sos)
Komentar
Posting Komentar